Menyukai heritage walks atau menapaktilaasi tempat-tempat bersejarah? kunjungi makam si Badang yang berada di pulau Buru ini. Makam ini diyakini sebagai tempat peristirahatan terakhir seorang hulubalang kerajaan Riau Lingga bernama Badang yang pada masanya dikenal gagah berani dan memiliki kesaktian tinggi.
Dari kota Buru, makam ini bisa di capai satu jam dengan menggunakan sepeda motor. Jika anda belum pernah mengunjungi makam si Badang, sebaiknya anda minta tolong dengan penduduk setempat atau tukang ojek untuk menemani atau memberi petunjuk jalannya. Sebab, meski jalur yang di lalui merupakan jalan yang beraspal, namun sampai di jalan masuk kelokasi makam, medannya cukup sulit sebab harus melintas jalan setapak yang kanan kirinya dikepung pepohonan karet milik warga.
Lokasi persis makam si Badang ini memang lumanyan jauh, masuk kedalam hutan karet. Dari jalan raya, berkisar hingga tiga hingga empat kilo meter. Posisinya sendiri, terdiam dikawasan lapang berluas tak lebih dari 30mx30m. Sekelilingnya, terdapat aneka rupa pohon hutan berukuran besar. Satu diantaranya adalah pohon gaharu yang terlihat berumur puluhan tahun.
Bagian depan makam ini terdapat sebuah gapura yang berfungsi sebagai pintu gerbang bertinggi empat meter lebih. Bertuliskan “situs cagar budaya makam Badang Pulau Buru,” gapura ini dicat dengan menggunakan warna kuning, sama persis dengan warna bangunan utama, tempat makam si Badang berada. Sementara bagian lis-nya, dibaluri warna hijau terang. Terlihat resik, rapi dan asri.
Berbagai literatur mencatat, si Badang dulunya hanyalah seorang nelayan biasa yang kerap menangkap ikan dengan lukah, alat penangkap ikan semacam bubu yang terbuat dari bambu. Satu hari, tidak seperti biasa, lukahnya hampa alias tidak berisi satu ekor pun ikan. Ia pun penasan dan mencoba mencari tahu mengapa lukahnya bisa kosong melompong seperti itu.
Hingga pada suatu subuh, ia berhasil menangkap sesosok mahluk hitam berbadan tegap dan berbulu yang tengah dan mengambil dan memakan ikan di dalam lukahnya. Singkat cerita, pergumulan seru terjadi dan akhirnya dimenangkan oleh si Badang. Merasa kalah, si mahluk hitam itu mengiba sambil berkata “wahai manusia, lepaskanlah aku, aku akan kabulkan apapun permintaan engkau.” Awalnya si Badang tak percaya dan tetap saja mengcengkram mahluk itu kuat-kuat sambil berfikir dalam hati “Apa gerangan yang aku minta?”
Tiba-tiba si Badang berkata “Aku ingin kuat.” mahluk itupun mengiyakan dan sepontan si Badang yang semula biasa-biasa saja, berubah menjadi kuat. Sementara mahluk hitam itu pun menghilang di kegelapan. Nah berbekal ilmu kuat itulah, si Badang akhirnya mengikuti sayembara untuk menjadi hulubalang kerajaan. Setelah melalui serangkaian tes, yakni melawan para pendekar dari berbagai pelosok negeri, si Badang akhirnya tampil sebagai pemenang. Ia pun lalu diangkat menjadi panglima untuk mengawal kerajaan.
Sejak itu, Si Badang yang tadinya tinggal di Pulau Buru, Berpindah ke istana kerajaan. Namanya juga semakin santer dikenal sebagai orang kuat dari Pulau Buru. Ketika wafat, oleh raja, jasadnya dibawa kembali ke Pulau Buru dan dimakamkan di lokasi tempat makam itu kini berada, yakni di kawwaassan Kelurahan lubuk Puding.
Sejak ditemukan keberadaanya, makam si Badang ini banya diziarahi orang. Tidak saja warga Karimun tetapi juga dari daerah lain termasuk mereka dari negeri tetangga singapura dan malaysia. Uniknya, kalau berziarah ke sini, Anda akan menemukan sembilan tongkat kayu yang berada dan digeletakkan di atas pusarannya. Dengan tongkat inilah biasanya orang melakukan ‘rutual’ yakni mengukur panjang makam si Bdaang. Caranya cukup dengan merentangkan kedua tangan mengikut panjang tongkat. Lalu tongkat di letakan ke posisi semula, yakni antara nisan yang berada di bagian kepala dengan yaang ada di bagian kaki.
Selang beberapa menit kemudia, tongkat kembali dengan diukur dengan cara yang sama yakni menggunakan tangan yang direntangkan ke kayu. Nah, saat mengukur panjang tongkat inilah, orang kerap kali menddapati ukuran yang berbeda-beda. Ada yang lebih dua jari dari ukuran semula, ada juga yang kurang hingga satu kepalan tangan.
Kalau ternyata ukurannya berlebih, kata oraang, itu bermakna si Peziarah bakal mendapat berkah, rizki berlimbah dan umur yang panjang. Sebaliknya kalau ukurannya berkurang, peruntungannya sempin dan umurnya juga pendek. Nah, soal benar atau tidaknya, terpulang padda keyakinan masing-masing. Anda sendiri, kalau tengah berada di sana, silahkan, mau mencoba boleh tidak pun tidak masalah. Tapi jikalau anda pensaran dan mau menjajalnya, tak perlu risau. Toh, apapun hasilnya, soal rezeki, umur, jodoh, sudah ada yang mengatur. Tidak ada kekuatan lain yang sanggup mengurusinya kecuali Tuhan.