Makam Keramat Layang Kumitir
Makam Keramat yang terletak persis di pinggir jalan raya sawang kecamatan kundur barat ini diyakini masyarakat setempat sebagai tempat persinggahan terakhir Layang Kumatir, orang kepercayaan Wali Songo dari pulau Jawa. Semasa Hidup, ia diberi misi khusus untuk menyebarkan agama Islam di Kundur dan Wilayah sekitarnya.
Makam ini terdapat dua pusara lainya yang dipercaya sebagai orang terdekat atau pengawal Layang Kumitir. Posisinya berhampiran, yang satunya terdapat di sebelahnya, satunya lagi berada disekitar dua meter dari nisan Layang Kumitir.
Buku” Sejarah Daerah Kabupaten Karimun” mencatat, layang kumitir berjasa besar dalam memperluaskan ajaran Islam di Kundur arena itu semasa hidup ia sangat di hormati masyarakat. Ia menatap disana bersama orang kepercayaannya itu hingga meninggal dunia. Untuk menghormati, Masyarakatpun membuat ruamah makam diatas pusaranya.
Bangunan makam sendiri, berwujud tembok berukuran sekitar 6mx7m. Karena posisinya yang berada persis di pinggir jalan raya yang menghubungkan antara Tanjung Batu dengan Prayun, Makam ini sangat mudah di kenali.
Bukan hanya warga masyarakat setempat yang mengunjungi makam yang dianggap keramat ini. Sebagian bahkan berasal dari Malaysia atau Singapura. Sambil berziarah mereka biasanya berdia minta agar hajadnya terkabul atau berlimpah berkah. Bahkan keterangan Hasan, juru kunci makam, sesekali ada juga warga Tionghoa yang ikut berziarah ke Makam. Tetapi biasanya mereka berdoa dari luar pagar, tidak masuk hingga keara dalam Makam.
Kondisi makam karena kerap di ziarahi, cukup terawat. Nisannya yang terbuat dari pahatan batu granit, dibaluti dengan kain warna kuning. Khusus makam layang kumitir, bahkan diberi kelambu, juga menggunakan kain berwarna kuning. Lantai makam, seluruhnya di keramik untuk memberi kenyamanan penziarah yang datang.
Makam keramat Layang Kumitir ini terletak di pinggir jalan Raya Sawang. Kalau anda datang dari Pantai Sawang, hanya butuh waktu lima menit untuk perjalanan mencapai kesana menggunakan mobil atau sepeda motor. Posisi persisnya berada di Desa Sawang Laut, Kecamatan Kundur Barat Rt 01 Rw 02. Anda juga bisa datang ke makam Layang Kumitir menggunakan angkutan kota yang bertarif Rp. 3.000,- atau naik ojek yang kalau dari Tanjung Batu tarifnya sekali halan Rp. 15.000,-.
Makam moyang seraga
Makam yang teletak di Kampung kandis, Palau Buru ini adalah satu di antara situs makam di Kecamatan Buru yang berkatagori cagar Budaya, selain makam si Badang. Seperti juga makam si Badang, makam ini serat dengan hikayat.
Posisinya, gampang dijangkau, meski oleh orang yang belum pernah sekalipun mengunjunginya. Itu karena letaknya yang hanya berjarak sekitar seribu meter dari pelabuhan Rakyat Kampung Kandis. Anda bisa menempuhnya dengan berjalan kaki atau naik sepeda motor.
Seperti termuat dalam “Hikayat Rakyat Kabupaten Karimun” makam itu dipercaya sebagai makam seorang nelayan bernama Jumat. Pangkal Ceritanya, Pada zaman dahulu kala, hiduplah sepasang suami istri yang senantiasa hidup rukun. Sang suami bernama jumat dan sang istri bernama Timah. Keduanya, telah berumahtangga bertahun-tahun namun memasuki tahun ke-lima, sang istri Hamil.
Saat tengah mengandung inilah, sang istri ingin sekali makan daging russa Putih. Tanpa banya berfikir, Jumat pun lalu berlayar ke Pulau seberang yang kini dikenal dengan sebutan Pulau Buru untuk Berburu rusa putih yang menurut kawan-kawannya ada di Pulau Buru tersebut.
Setiba di seberang, perburuan dilakukan, berbekal parang dan nasi masakan istrinya. Namun hingga sore menjelang, rusa putih yang dicari-carinya tak kunjung terlihat. Kalaupun adda, hanyalah rusa berkulit kuning kecoklat-coklatan seperti rusa pada umumnya. Hingga tanpa terasa, sudah dua minggu Jumat berada di hutan namun russa putih yang di burunya tak juga menunjukkan batang hidungnya.
Akhirnya tanpa disadari, Jumat telah berada di hutan itu hingga bertahun-tahun. Tekatnya tidak akan pulang sebelum mendapatkan rusa Putih tetap ia pegang. Hingga pada suatu hari, Seorang Raja bersama para pengawalnya yang tengah berburu di hutan, menemukan binataang aneh di ataas pohon seperti orang yang sedang betapa. Setelah di diteliti temuan sang raja itu ternyata adalah manusia seraga yang hampir berbatu dimakan usia. Raja pun menyuruh pengaawal mencukur janggut-janggut putih di badannya. Rupanya, orang yang ditemukan raja adalah raganya Jumat. Oleh sang raja, raga Jumat yang telah menggeras itu dinamai ‘moyang seraga’ karena bentuk tubuhnya yang membatu namun dalam keadaan utuh seperti orang bertapa. Rajapun menyuruh pengawal menguburkan jasadnya di bawah pohon besar dan diberi nisan. Sejak itulah, makam itu kemudia dikenal dengan sebutan Makam Moyaang Seraga seperti yang bisa dilihat kini di Kampung kandis.
Makam Moyang Seraga ini kini, kondisinya lumanya terawat. Tepat di atas pusara, dibangun rumah-rumahan dari kayu yang bercorak Melayu dan bertinggi sekitar dua setengah meteran. Disekelilingnya, terlihat banyak pepohonan karet. Tanpak rindang dan asri. Sementara disisi belakangnya, terhampar ratusan makam lain yang juga terlihat terawat dengan baik. Sejak diketahui keberadaanya Makam Moyang Seraga ini, penduduk setempat juga memfungsikan sebagian lokasinya sebagai areal pemakaman umum.